Puisi; Jeda

Assalamualaikum,

Hai,

Celotehnisa.com | Puisi: Jeda - Tulisan ini lahir dari ruang sunyi, saat malam terlalu panjang dan lelah tak punya tempat pulang. Karena pada akhirnya, tak semua luka butuh penonton. Kadang, cukup satu pelukan yang tak datang-datang… dan sebaris kata yang mampu menyelamatkan. 

Jeda

Aku sadar,
menjauh dari mereka yang pernah dekat
bukan perkara mudah,
bisa saja mungkin dianggap pongah
tapi kadang...
hati butuh ruang
tanpa basa basi.

Aku diam,
bukan karena lupa,
tapi karena luka ini terlalu dalam,
untuk terus dijamah oleh mereka yang lalai.

Sendiri,
aku jalani hari demi hari
dengan langkah kecil dan doa yang tak pernah putus.
tidak ada tangan yang menggenggam,
tidak ada peluk yang bilang,
"Semua akan baik-baik saja."

Aku tetap kokoh berdiri,
demi binar kecil
yang selalu percaya,
padahal kadang aku hampir runtuh
di antara cucian yang belum selesai
dan tangis yang kutahan sendiri.

Keluh kesah?
Ada.
Tapi lebih sering kutitipkan
pada langit malam dan sajadah sunyi.
Kuharap Tuhan tahu
aku sedang berjuang.

Aku tak janjikan hal indah yang dunia tawarkan,
tapi aku selalu berusaha
buat mereka merasa cukup
cukup dicintai,
cukup dipeluk,
cukup dimengerti,
meski sederhana.

Aku bertanya dalam hati yang pecah.
Adakah kalian melihatku?
Bukan sebagai siluet yang kalian lewati,
tapi sebagai ibu yang bertarung
dengan pilu yang tak tampak di permukaan.

Aku tidak minta pujian,
tidak pula belas kasihan,
aku hanya ingin sesekali dimengerti
bahwa diamku bukan pasrah,
tapi cara paling sunyi
untuk tetap waras,
untuk tetap jadi rumah.

---------
CN, 29/06/25

Terima kasih 😊💛
Baca Juga
Posting Komentar